PENGAMATAN GEJALA ALAM
Benda-benda alam yang kita amati baik benda hidup maupun tak hidup disebut obyek pengamatan. Obyek pengamatan yang berupa benda-benda alam dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obyek alam biotik dan obyek alam abiotik.
- Obyek alam biotik adalah benda-benda hidup yang meliputi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
- Obyek alam tak hidup (abiotik) adalah benda-benda tak hidup atau benda mati, misalnya tanah, udara, air, cahaya matahari.
Obyek alam biotik dan obyek alam abiotik akan mengalami berbagai kejadian atau proses yang disebut dengan gejala alam.
A. Gejala Alam Biotik
Yaitu suatu keadaan lingkungan disekitar kita yang ditunjukkan oleh keadaan makhluk hidup, meliputi hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup. Misalnya tanaman tumbuh dari kecil menjadi besar, tumbuhan berbunga, telur menetas, fotosintesis dan semua ciri-ciri yang dari makhluk hidup.
B. Gejala Alam Abiotik
Yaitu suatu keadaan lingkungan disekitar kita yang ditunjukkan oleh keadaan benda tak hidup berkaitan dengan sifat fisik dan kimia diluar makhluk hidup.
Misalnya ; gunung meletus, gempa bumi,pelapukan, angin puting beliung, hujan lebat, banjir dan sebagainya.
C. Kerja Ilmiah
Ilmu pengetahuan terus berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan hasil kerja yang terencana dan sistematis yang disebut kerja ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu perangkat kerja ilmiah untuk memecahkan masalah, sehingga memiliki kesimpulan yang dapat masuk akal dan dapat dipercaya. Untuk itu, metode ilmiah dan bersikap ilmiah digunakan seseorang dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah
Adapun langkah-langkah metode ilmiah, sebagai berikut:
1. Menemukan masalah dan merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan keterangan untuk memecahkan masalah.
3. Menyusun dugaan atau hipotesa untuk memperoleh jawaban sementara.
4. Menguji dugaan dengan mengadakan percobaan atau eksperimen.
5. Menarik kesimpulan.
Sikap-sikap ilmiah yang harus dimiiki dan dikembangkan antara lain jujur, ulet, tekun, cermat, disiplin, teliti, terbuka dan selalu ingin tahu.
Selain sikap ilmiah keterampilan dasar yang harus dimiliki dalam kerja ilmiah adalah pengamatan dan pengolahan data. Pengamatan dengan menggunakan indra saja lebih pada mengamati dari segi kualitatif, sedangkan pengamatan yang lebih teliti lagi adalah dengan menggunakan alat ukur. Pengamatan menggunakan alat ukur dapat memberikan data kuantiitatif dengan hasil yang lebih teliti dan akurat.
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil yang disebut data. Terdapat dua (2) macam data, yaitu:
1. Data kualitatif yaitu data yang disajikan tidak dalam bentuk angka.
2. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka.
Agar data hasil pengamatan dapat terbaca dan dikomunikasikan, maka data tersebut harus diolah, disusun, dan disajikan dengan jelas dan mudah dipahami. Untuk data-data yang sifatnya kualitatif, penyajian data dapat berupa deskripsi data yang dibuat poin-poin penting atau berupa tabel kualitatif. Untuk data kuantitatif, penyajian data dapat berupa tabel dan grafik.
Hasil kerja Imiah yang dilandasi sikap dan dikerjakan berdasar metode ilmiah adalah berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, dan hukum.
BaKeanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman Hayati adalah keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup yang berbeda. Melalui pengamatan, kita dapat membedakan jenis-jenis makhluk hidup. Pembedaan makhluk hidup tanpa dibuat berdasarkan bentuk, ukuran, warna, tempat hidup, tingkah laku, cara berkembang biak, dan jenis makanan.
Di lingkungan sekitar, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya. Berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati adalah keanakaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi, gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman hayati meliputi; variasi bentuk ukuran,warna, dan sifat- sifat lain dari makhluk hidup. Setiap lingkungan memiliki keanekaragamannya masing-masing.
Keanekaragaman adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi. Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman dari organisme dalam suatu spesies. Jika kita mengamati sifat-sifat yang ada pada makhluk hidup baik itu hewan tumbuhan maupun manusia akan terlihat adanya persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena adanya sifat-sifat menurun dan adanya pengaruh lingkungan. Hewan, tumbuhan dan manusia juga mempunyai variasi antara lain dalam bentuk, warna dan ukuran.
Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
Keanekaragaman gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen) yang berasal dari kedua induknya Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
Keanekaragaman jenis (spesies)
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.
Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfir.
Ciri-Ciri Makhluk Hidup
Aktivitas yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya makhluk hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Bernafas
Semua makhluk hidup melakukan proses pernafasan. Bernafas adalah proses mengambil udara (O2) dari luar dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam tubuh. Proses pernafasan pada makhluk hidup berbeda-beda, tergantung pada jenis dan tempat hidupnya.
Bergerak
Bergerak merupakan ciri makhluk hidup. Gerak pada manusia dan hewan jelas tampak terlihat. Untuk melakukan gerakan tersebut manusia dan hewan dibantu oleh alat gerak. Pada manusia, misalnya tangan dan kaki. Sedangkan pada hewan, seperti sayap, sirip, kaki, dan lainnya. Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan gerakan, tapi gerakannya tidak mudah dilihat. Contoh gerakan pada tumbuhan adalah menutupnya daun putri malu bila disentuh. Gerakan pada tumbuhan disebabkan karena ada rangsangan dari luar.
Makan
Seluruh makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan yang dimakan harus mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.
Iritabilitas
Salah satu ciri makhluk hidup adalah respons terhadap rangsangan. Kemampuan makhluk hidup memberi tanggapan terhadap rangsangan disebut iritabilitas. Rangsangan dapat disebabkan oleh faktor luar tubuh. Contohnya mata kita akan mengedip bila terkena cahaya yang silau.
Tumbuh
Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Contohnya jika kamu menanam biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kamu siram setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Pertumbuhan merupakan pertambahan sel-sel tubuh, sehingga ukuran tubuh bertambah dan tidak bisa mengecil kembali.
Berkembang Biak
Berkembang biak atau reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan. Perkembangbiakan ini berguna untuk melestarikan jenisnya.
Adaptasi
Untuk dapat bertahan hidup di lingkungannya, makhluk hidup harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tempat hidup bagi makhluk hidup dapat melakukan aktivitasnya desebut habitat.
Memerlukan suhu tertentu
Semua makhluk hidup dapat bertahan pada suhu tertentu, ikan dapat hidup pada air yang bersuhu antara 5° C – 30° C. Untuk jenis bakteri dapat bertahan sampai suhu 80° C, sedangkan tumbuhan dapat hidup baik antara suhu 0° C – 43° C.
Ekskresi (Mengeluarkan Zat Sisa)
Zat sisa dari proses reproduksi harus dikeluarkan, jika tidak akan menimbulkan racun di dalam tubuh. Zat sisa yang dikeluarkan bisa berupa cairan, gas, ataupun zat padat. Alat pengeluaran zat sisa pada hewan atau manusia yaitu paru-paru mengeluarkan CO2, kulit mengeluarkan keringat, dan ginjal mengeluarkan urine.
Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Tingkat Keragaman
Keanekaragaman makhluk hidup tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis, dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga keanekaragaman ini saling berkaitan dan tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup menunjukkan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat jenis, tingkat gen, dan tingkat ekosistem.
1. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis (interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Hal ini karena perbedaan antar spesies makhluk hidup dalam satu marga lebih mencolok daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies.
Misal tumbuhan kentang, tomat, dan terung. Ketiganya termasuk dalam genus yang sama yaitu solanum. Namun, ketiganya mempunyai ciri-ciri fisik berbeda. Dalam populasi dikenal istilah spesiasi. Spesiasi adalah proses terbentuknya spesies baru. Apabila terjadi spesiasi, jumlah spesies dalam satu marga bertambah sehingga keanekaragaman jenis bertambah. Namun keanekaragaman gen dalam spesies asal menjadi berkurang.
2. Keanekaragaman Gen
Setiap populasi mempunyai sifat genetik tertentu. Individu-individu sejenis ini mempunyai kerangka dasar komponen genetis yang sama (kromosomnya sama tetapi memiliki komponen faktor keturunan yang berbeda). Misalnya rasa manis dan asam pada mangga yang berwarna kuning.
Keanekaragaman gen menentukan keanekaragaman jenis individu, meski jenisnya sama tetapi memiliki gen yang tidak sama bila dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok tersebut. Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis makhluk hidup. Keanekaragaman gen mengakibatkan variasi antar individu sejenis.
Keanekaragaman gen pada manusia dapat terlihat pada perbedaan sifat antara lain warna mata (biru, hitam, dan coklat), ukuran tubuh, warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning), serta bentuk rambut (lurus, ikal, dan keriting). Keanekaragaman sifat tersebut diakibatkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut gen.
Gen adalah substansi terkecil atau unit dasar yang membangun faktor keturunan. Melalui gen inilah sifat-sifat dari induk diwariskan kepada keturunannya. Perbedaan gen (variasi gen) pada setiap makhluk hidup mengakibatkan sifat genotipe dan sifat fenotipe pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda. Keanekaragaman gen dapat terjadi akibat perkawinan antar makhluk hidup sejenis (satu spesies). Keanekaragaman gen juga dapat terjadi secara buatan melalui perkawinan silang. Keanekaragaman gen secara alami dan buatan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem merupakan satu kesatuan lingkungan yang melibatkan faktor biotik (makhluk hidup) dan faktor abiotik (mineral, udara, air, tanah, dll.) yang berinteraksi satu sama lain. Indonesia memiliki makhluk hidup yang bervariasi, sehingga ekosistem yang terbentuk juga beragam.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik yang tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam ekosistem.
Keanekaragaman tingkat ekosistem terjadi akibat adanya perbedaan letak geografis. Perbedaan letak geografis ini mengakibatkan terjadinya perbedaan iklim. Pada iklim yang berbeda pasti terdapat perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lama penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang hidup di suatu daerah.
Indonesia memiliki kurang lebih 47 ekosistem alami yang berbeda mulai dari ekosistem salju abadi sampai berbagai macam ekosistem hutan dataran rendah dan padang rumput. Ada juga ekosistem danau, rawa, terumbu karang, dan hutan bakau
Variasi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Variasi adalah penampakan dari sifat tertentu yang menyebabkan satu organisme berbeda dengan organisme lain dalam satu jenis. Variasi adalah hasil adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya. Berikut ini dicantumkan beberapa gejala adaptasi:
Homolog
Dua organ (alat tubuh) dikatan homolog jika mereka mempunyai asal (secara embriologik) yang sama. Misalnya alat gerak (ekstremitas) ikan paus dan kuda adalah homolog. Homologi ini dipakai sebagai ukuran kekerabatan makhluk hidup.
Analogi
Dua organ dikatakan bila mereka menunjukkan fungsi yang sama. Misalnya, insang ikan dan paru-paru kadal, fungsinya sama yaitu sebagai alat bernafas. Dua organ ini dikatakan analog.Ada satu kaidah evolusi yang mengatakan bahwa kesamaan struktur dari makhluk hidup yang bukan bersumber dari satu nenek moyang memiliki persamaan fungsi. Secara singkat dapat dikatakan “persamaan struktur, persamaan fungsi”.
Homoplasi
Dua organ dikatakan homoplastik bila mereka memiliki persamaan bentuk walaupun asalnya berbeda (tidak homolog). Gejala homoplastik adalah hasil (akibat) dari adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Misalnya kaki belakang belalang dan kaki belakang kuda.
Transformasi
Dua organ atau lebih dikatakan menunjukkan gejala transformasi bila mereka adalah homolog tetapi bentuk dan fungsinya berbeda. Misalnya, sirip depan ikan paus (untuk berenang dan berbentuk dayung), sayap burung (untuk terbang dan berbentuk kipas), dan tangan manusia (untuk memegang dan berbentuk tongkat).
Konvergensi
Dua atau lebih makhluk hidup dikatakan berkonvergensi bila mereka berbeda dalam jenis, tetapi struktur atau bentuk badannya sangat mirip. Persamaan struktur ini adalah akibat dari adaptasi dengan lingkungan hidupnya. Misalnya, amati dan bandingkan semua hewan laut, yang bersama-sama hidup disuatu lautan. Bentuk tubuhnya sama semua seperti kapal selam.
Bandingkan bentuk tubuh: ikan hiu, ikan paus, anjing laut, semua ikan (pisces), dan lumba-lumba. Semua bentuk tubuhnya streamline (seperti kapal selam). Artinya, ujung depan dan ujung belakang lancip.
Divergensi
Adalah gejala yang menunjukkan struktur yang bervariasi, walaupun meraka sama-sama berasal dari satu nenek moyang, satu sumber. Inipun adalah akibat dari adaptasi terhadap lingkungannya. Perhatikan perbedaan struktur antara: kelelawar, ikan paus, lumba-lumba, kanguru, dan sapi. Bentuk tubuhnya (struktur) sangat bervariasi (berbeda-beda) walaupun mereka semua termasuk mamalia (hewan menyusui). Inilah yang disebut gejala divergensi.
Filogeni
Adalah sejarah perkembangan filum atau takson makhluk hidup (menggambarkan sejarah keturunan atau silsilah semua makhluk hidup yang sekarang masih ada), misalnya variasi struktur pada filogeni kuda.
Ontogeni
Adalah sejarah perkembangan satu individu. Misalnya variasi struktur pada ontogeni manusia.
Cara Mempelajari Keanekaragaman Makhluk Hidup
Lalu bagimana cara kita untuk dapat mempelajari banyaknya keanekaragaman makhluk hidup di dunia ini ?? dalam hal ini untuk mempermudah dalam mempelajari dan mengenal berjuta-juta jenis makhluk hidup, para ilmuwan menerapkan sistem tertentu yaitu dengan menggunakan klasifikasi makhluk hidup.
Andaikan suatu hari apabila anda menemukan “ suatu makhluk hidup ”, lalu bagaimana cara nada untuk menggolongkan makhluk hidup tersebut ?? Termasuk jenis tumbuhan ataukah jenis hewan ?? bagaimana cara anda untuk melakukannya ??
Penggolongan Sebagai Hewan
Apabila makhluk hidup tersebut anda golongkan sebagai hewan, maka untuk langkah pertama yang bisa anda lakukan ialah dengan mengetahui terlebih dahulu yakni ciri-ciri yang bisa dilihat dan diamati terlebih dahulu, misalnya seperti tingkah laku, penampilan, makanan, cara berkembang biak dan lain sebagainya.
Penggolongan Sebagai Tumbuhan
Adapun bila makhluk hidup itu anda golongkan sebagai tumbuhan, coba ingat-ingat kembali tentang ciri-ciri dari dunia tumbuhan seperti tempat tumbuh, batang, bentuk daun dan bagian-bagian yang lainnya.
Selain itu untuk dapat membedakan antara golongan tumbuhan dan hewan bisa diamati dari geraknya, hewan dapat bergerak bebas ( pindah tempat ) sedangkan tumbuhan hanya bergerak di tempat. Untuk itulah perlu adanya klasifikasi makhluk hidup. Setelah begitu mengetahui ciri-ciri dari makhluk hidup, tentunya sudah dapat mengetahui bahwa klasifikasi merupakan suatu cara untuk pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu, seperti contoh di atas.
Para ilmuwan mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi maupun anatominya. Dengan demikian makin banyak persamaan dikatakan makin dekat pula tali kekerabatannya. Dengan semakin berkembangnya pengetahuan dan teknologi, maka makin maju pula para ilmuwan dalam mengelompokkan makhluk hidup dan makin teliti serta terinci untuk mengamati perbedaan-perbedaan yang bisa diungkap. Dalam menggolongkan makhluk hidup, maka kita tidak berhenti hanya sampai pernyataan bahwa sesuatu tergolong tumbuhan atau hewan.
Penyebab Keanekaragaman Makhluk Hidup
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya keanekaragaman makhluk hidup adalah :
- Mutasi adalah peristiwa perubahan yang disebabkan oleh faktor internal seperti materi genetik atau faktor lingkungan, seperti radiasi dan suhu.
- Rekombinasi adalah proses atau peristiwa yang berakibat terbentuknya kombinasi gen baru pada kromosom. Individu baru dari reproduksi seksual akan memiliki faktor keturunan dari kedua induknya.
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman Flora di Indonesia
Keanekaragaman hayati flora yang dimiliki Indonesia mencapai 11% dari seluruh spesies flora yang ada di bumi. Flora di Indonesia termasuk dalam kawasan flora Malesiana. Persebaran jenis tumbuhan di Indonesia tidaklah merata. Hutan hujan tropis di Kalimantan merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang paling tinggi. Sumatra dan Papua juga sangat kaya jensi tumbuhan. Adapun hutan di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Kepulauan Sunda mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang lebih rendah.
Hutan di daerah Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi. Hutan ini didominasi oleh pepohonan dari famili Dipterocarpaceae, yaitu tumbuhan yang dapat tumbuh tinggi dan batangnya berukuran besar sehingga membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae di antaranya sebagai berikut:
- Keruing (Dipterocarpus sp.)
- Meranti (Shorea sp.)
- Ramin (Gonystylus bancanus)
- Pohon kapur (Dryobalanops aromatica)
Sebagian hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis. Hutan ini bercirikan adanya pepohonan berkanopi rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang tumbuh memanjat). Tumbuhan yang mendominasi hutan ini di antaranya sebagai berikut.
- Durian (Durio zibethinus)
- Mangga (Mangifera indica)
- Sukun (Artocarpus communis)
- Rotan (Calamus sp.)
Keempat jenis tumbuhan ini banyak tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Di Indonesia juga ada tumbuhan endemik. Tumbuhan endemik yaitu tumbuhan yang hanya ada di daerah tertentu. Contoh tumbuhan endemik Indonesia yaitu Rafflesia. Rafflesia arnoldii merupakan tumbuhan endemikn di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh. Flora terbagi menjadi tiga bagian di antaranya sebagai berikut.
- Flora Endemik, yang meliputi Rafflesia arnoldii, meranti, dan matoa (Pometia pinnata).
- Flora Asli Indonesia, misal bunga melati.
- Flora Langka, yang meliputi cendana (Santalum album), balam suntai (Palaquium walsurifolium), sawo kecik, bayur (Pterospermum sp.), dan pohon damar.
Keanekaragaman Fauna di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang melimpah. Indonesia memiliki 12% jenis Mammalia dunia, 16% jenis Reptilia dan Amphibi dunia, serta 12% jenis burung dunia. Meskipun demikian, persebaran fauna di Indonesia tidaklah merata.
Pada awalnya Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace. Berdasarkan pengamatannya, pada tahun 1859 Wallace menetapkan dua wilayah utama persebaran fauna dengan menggambar garis batas di sebelah timur Kalimantan dan Bali, memisahkan fauna Indonesia bagian barat dan timur. Jadi, garis Wallace memisahkan daerah Oriental (Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan daerah Australian yang meliputi Papua dan pulau-pulau di sekitarnya.
Setelah Wallace membagi garis persebaran flora dan fauna di Indonesia, seorang ahli zoologi bernama Weber juga melakukan penelitian tentang penyebaran hewan-hewan di Indonesia. Menurut Weber, hewan- hewan di Sulawesi tidak dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai fauna Australian. Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki sifat seperti fauna Oriental. Weber membuat sebuah garis khayal di sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara sampai Kepulauan Aru, Nusa Tenggara
Nilai dan Manfaat Keanekaragaman Hayati
Nilai Keanekaragaman Hayati
- Nilai Ekonomi
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa). Misal untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Contoh bahan baku industri yaitu kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk industri mebel, teh dan kopi untuk industri minuman, padi dan kedelai untuk industri makanan, serta ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Contoh rempah-rempah yaitu lada, cengkeh, dan pala. Contoh tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet.
Nilai Biologis
Keanekaragaman hayati memiliki nilai bilogis atau penunjang kehidupan bagi makhluk hidup termasuk manusia. Tumbuhan menghasilkan gas oksigen (O2) yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk pernapasan serta menghasilkan zat organik, misal biji, buah, dan umbi sebagai bahan makanan makhluk hidup lain. Hewan dapat dijadikan bahan makanan dan bahan sandang oleh manusia. Beberapa jasad renik digunakan dalam pembuatan makanan, misal untuk membuat tempe, oncom, dan kecap. Nilai biologis penting lainnya yaitu sebagai sumber plasma nutfah 12 (plasma benih).
Nilai Ekologis
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misal hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi.
a) Sebagai paru-paru bumi.
b) Dapat menjaga kestabilan iklim global.
Nilai Sosial
Keanekaragaman hayati dapat dikembangkan menjadi sarana rekreasi dan pariwisata. Contoh tempat rekreasi dan pariwisata yang sekaligus menjadi kawasan pelestarian keanekaragaman hayati adalah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di Bandung.
Manfaat Keanekaragaman Hayati
- Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu. Perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk (imigrasi dan emigrasi).
- Dinamika penduduk yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk disebut pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk dapat ditentukan dengan mengadakan sensus.
- Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah yang ditempati. Kepadatan penduduk tiap daerah berbeda-beda. Tingginya kepadatan penduduk dapat menyebabkan berbagai permasalahan sosial, ekonomi, keamanan, kesejahteraan, pangan, ketersediaan lahan dan air bersih, yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.
- Pertumbuhan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia disebabkan karena banyaknya zat pencemar/polutan yang masuk ke lingkungan.
- Pencemaran air, tanah, dan udara dapat mengganggu kesehatan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dikembangkan berbagai upaya untuk menekan dan menanggulangi tingkat pencemaran lingkungan.
Komentar
Posting Komentar